Sunday, December 21, 2014

Part of My Life.

Seorang teman bertanya: "jika kamu diberi satu kesempatan untuk bertemu dengannya, apa yang ingin kamu lakukan? Hanya sekedar mendengar jawaban dari semua pertanyaanmu atau ingin memperbaiki hubungan dengannya?"

Dengan bodohnya aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan. Menangis mungkin itu yang bisa ku lakukan.

Aku tak ingin terlalu banyak berharap, aku tahu semakin aku berharap semakin terluka nantinya. Karena sejujurnya aku pun masih bingung dengan perasaanku sendiri. Bingung apa yang harus aku lakukan. 

Aku masih terlalu sering merindukan sosoknya. Aku masih terlalu sering memikirkannya. Aku masih terlalu sering peduli terhadapnya. Tapi aku juga tak habis pikir dengan apa yang dia lakukan, aku benci itu.

Jika memang pada akhirnya aku akan ikhlas melepasnya, bisakah aku tetap berteman dengannya? Bisakah aku tetap menyimpan semua kenangan itu? 
Aku tak ingin menghapusnya dari hidupku, menghapus kenangan bersamanya dari benakku. Karena dia telah menjadi dan akan selalu menjadi bagian dari cerita hidupku.




Aku,
Sedang di ombang ambing oleh pikiranku sendiri.

Monday, December 1, 2014

Aku terlalu sibuk menyalahkan dirimu sampai lupa akan kesalahanku sendiri. Marahlah kamu semarah-marahnya padaku, setelah itu kembali lagi padaku.





Sincerely,


Aku yang merindukanmu dengan segala tanda tanya dibenakku.

Thursday, November 13, 2014

Sahabat dan Cinta.

Jika hanya ada dua pilihan dalam hidupmu, apa yang akan kamu pilih? 
Sahabat atau cintamu?

Berada diposisi yang semua orang tak pernah inginkan. Posisi dimana aku didesak untuk memilih apa yang tidak akan pernah bisa untuk dipilih.
Kamu hadir diantara aku dan sahabatku. Kamu hadir di waktu yang tepat. Namun kehadiranmu tak tepat untukku; saat itu. Ku bohongi diriku untuk tidak membuka diri, ku bohongi perasaan nyamanku, ku bohongi hatiku untuk tidak menerima kehadiranmu. Aku jaga perasaan sahabatku, namun lupa untuk menjaga perasaanku sendiri.
Lelah, lelah sekali rasanya saat itu. Ingin lupakan saja semua. Ingin abaikan saja semua. 
Sampai akhirnya tiba di titik lelah membohongi diriku. Ku coba membuka diri, ku coba menerimamu, ku abaikan perasaan sahabatku, ku abaikan semua. 



Sayang kamu tidak bisa menghargai semua yang aku lakukan. Kamu abaikan semua jerih payahku melawan pembrontakkan dalam diriku sendiri. Kamu kacaukan semua. Kamu kacaukan aku, persahabatanku, dan kita.

Wednesday, October 29, 2014

Melupakan atau Dilupakan?

Pernahkah kamu memikirkan ini?

"Karena terkadang lebih baik melupakan daripada dilupakan."

Sejenak aku terdiam merenungi kalimat tersebut.

Lalu, muncul lah banyak pertanyaan di benakku. 
Semudah itukah kamu melupakan semua? 
Melupakanku.
Melupakan kebahagiaan yang seharusnya tak berhenti sampai disini.
Melupakan hari-hari indah yang kita jalani bersama.
Melupakan semua kebiasaan saat kita bersama.
Melupakan semua tentang kita?

Aku tak habis fikir.

Sebab, aku tak ingin melupakan dan dilupakan olehmu.
Namun kenyataan terlalu berbeda.
Kamu mengisyaratkan ‘selamat tinggal’ terlalu dini.
Ada sedikit mati kurasakan di sini.
Hatiku sudah terlanjur kamu bawa pergi.



 Sadar diri. Mungkin aku harus pergi.

Thursday, October 23, 2014

untuk A.

Aku meminta kamu, membaca tulisanku ini sambil mendengarkan lagu Tangga - Cinta Tak Mungkin Berhenti.



Mungkin tulisan ini tidak akan pernah kamu baca. Karena seingatku kamu sedang marah. Marah sekali.
Namun percayalah, itu jauh dari cukup untuk membuatku menyerah.


Aku mulai saja, tak perlu basa basi lagi.

Selamat ulang tahun, kamu, yang tersayang. Semoga kamu menjadi manusia yang lebih baik dalam segala hal, semua yang sedang dan akan kamu jalani berjalan dengan lancar, kamu senantiasa dilindungi tuhan YME dalam setiap langkahmu.
Sebetulnya banyak sekali doa yang aku harapkan di hari ulang tahunmu. Namun aku sadar, doa itu tak jauh dari keinganan dan kepentinganku. Egois sekali rasanya. 

Ingin sekali rasanya, menekan tombol "call" di telepon genggamku. Menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu, namun aku tak sanggup. Bukan tak sanggup, tapi masih mau kah kamu mengangkat teleponku? Kamu sendiri yang tahu jawabannya. Sebab, aku pun tak tahu jawabannya. Mengirimimu ucapan selamat ulang tahun via line, sms atau apalah semua instant messaging pun aku tak sanggup. Apalagi mengharapakan bertemu langsung denganmu, membawa sebuah kue dengan lilin dengan usiamu sekarang. Membayangkannya saja aku tak mampu, apalagi benar bila terjadi. 
Membuat tulisan ini pun berat. Harus ku hapus berulang-ulang. Ku tulis kembali, ku hapus lagi, sampai rasa percaya diri ini muncul dan kembali menulis lagi.

Sudahlah aku tak ingin memperpanjang tulisan ini, sebab pada akhirnya aku akan curhat colongan disini. Karena tujuanku hanya ingin memberikan ucapan selamat ulang tahun untukmu, bukan untuk curhat.


Special days like this one seem the perfect time to say how often you are thought about today and every day. It also gives a special chance to say that, all year through, the best and happiest things in life are being wished for you. Happy Birthday!




Untuk A,



dengan keraguan.



Tuesday, October 7, 2014

Kesal.
Itu yang aku rasakan saat seseorang terlalu mencampuri urusan pribadiku. Terlalu memiliki waktu senggang kah sampai memperhatikanku seperti itu? hahahaha..
Ingatlah bahwa tak selamanya seseorang yang menuliskan kalimat galau itu sedang dalam keadaan galau berat, bisa saja saat menulis sedang dalam keadaan tertawa. Siapa tahu kan? Begitu pun sebaliknya, seseorang yang menuliskan kalimat bahagia juga belum tentu dalam keadaan bahagia. 
Semua yang ku tulis pun tak selamanya tentang kamu, tentang dia atau tentang siapapun. Bisa saja memang aku ingin menulisnya tanpa bertujuan apapun. Apalah kode-kode yang dimaksud banyak orang? Untuk apa? Ada sebagian orang yang merasa setelah menuliskan sesuatu baru merasa lega, ada pula yang baru merasa lega bila sudah cerita kepada seseorang. Semua memiliki caranya masing-masing untuk mengungkapkan isi pikirannya. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapinya. Janganlah terlalu serius menyikapi tulisan-tulisan di media sosial. Hidup mu tak melulu di media sosial. Seriuslah kamu menentukan goal hidupmu, seriuslah kamu menjalani pekerjaanmu, seriuslah kamu menjalani sekolahmu, seriuslah kamu dalam hal yang lebih penting. 


Satu hal lagi.. 
Hidup ini tak melulu tentang cinta, kawan! 



Hehe

Sunday, August 10, 2014

I miss the flavor of your lips touching mine.
I miss your hugs.
I miss laying on your arms.
I miss your laugh.
I miss your big nose.
I miss your smile.
I miss your voice.
I miss when you call me "sayang".
I miss talking with you till you sleep.
I miss your good night.
I miss everythings on you.
I miss you.




But,
I hate you more. I hate what you did to me.

Monday, July 28, 2014

Ah... memang benar adanya untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bagus, diperlukan galau terlebih dahulu. Harga yang hmm tidak sebanding. Mengapa? Galau itu melelahkan, gaiss! :))

Sebetulnya tidak ada yang perlu di-galau-i, hanya saja memendam rasa seorang diri itu sungguh tidak menyenangkan. Meluangkan waktu untuk berbagi cerita kepada seseorang pun tidak mudah. Apalagi menyangkut seseorang. Tidak baik jika nanti timbul fitnah, atau timbul anggapan bahwa secara tidak sengaja menjelek-jelekan seseorang. Meluapkannya dalam lagu yang didengarkan di Path pun sebetulnya juga tidak perlu. Salah, itu menurutku. Bicara lah langsung dengan yang bersangkutan, luapkan semua keluh kesah, rasa, pujian atau bahkan hinaan sekalipun. Tapi apa jadinya jika yang bersangkutan tidak menanggapi? Aku pun tidak tahu jawabannya. Hahaha, lucu bukan?

Lebih lucu lagi, aku tulis semua ini di blog. Semua orang bisa membacanya. Hahaha. Mungkin ini satu-satunya cara meluapkan kegalauan yang beberapa minggu belakangan ini aku alami. Meng-galau-i yang tak perlu di-galau-i.


Akhir kata, 

"Kadang kepala yang rumit ini sering lalai melihat hidup dari sudut pandang yang lebih santai." - Kartika Jahja.
I write about you just to tell you that you are more than beautiful for me.

I write about you just to keep you in my mind, in my life. Maybe that’s the only thing I could do to keep you around me.

I write about you just to keep me awake and to disenchant me that you are just a dream. And it’s too good to be true.

Writing about you is the only thing that keep me away from insanity. At least, I stay at the ‘delusionally unwell’ level.

I make beautiful writings I could ever done about you just to remind me you’re the best thing ever happened to my life.

Writing about you is just about reading all the memories with you, and whispering all my hopes to you.

I write about us because I’m afraid that you will erase all the memories. And I’m too afraid there will be no “us” at all.

Unfortunately, you never understood. Or I haven’t been good enough to make you understand.









- Dara Prayoga.

Letter to, You.

I’m trying to shut up. I did. I do. It’s the scumbag heart that keeps screaming out your name. Bah, you know sayang, so fcking tired being like this everyday. I’ve learned that waiting is the most difficult bit, and I want to get used to the feeling, knowing that you’re with me, even when you’re not by my side. But, it’s not works. So baby, talk to me. I’m tired figuring out what was happen with us. Lay yourself on me. I’m tired longing you here, by my side.

If by time, I start to forget how love you, kiss me! Love me fiercely! Reminds me, for once I wanted you in my life.
But, if I could just get over you, I would. Don’t wanna love you anymore and missing you is like fighting a war. It’s a battle I’m losing and I’d give up baby if I could. If I could walk away as easily as you, I would.






Sincerely,




Me. Your, girlfriend. (Am I still your girlfriend , huh? )
 


Thursday, April 17, 2014

Kangen.

Kangen?
Apa sebetulnya kangen itu?
Terbuat dari apa kangen itu?
Siapa kangen itu? 


Dengan lancang kangen selalu membayangiku belakangan ini.
Aku lemah, kangen terlalu kuat menguasaiku. 





Ah, aku kangen kamu, sayang. :(

Thursday, March 6, 2014

Aku tidak melakukan sebuah kesalahan bukan?

Jahat?
Mungkin mereka yang tidak mengerti posisiku bisa berkata seperti itu.
Tapi, aku tidak merasa melakukan sebuah kejahatan.
Aku tidak tau menau kapan rasa ini akan datang atau lebih tepatnya sudah datang.
Akan tiba waktunya nanti, aku jelaskan semua.
Biarlah aku dianggap egois atau jahat.
Tapi, sungguh aku hanya ingin menikmati rasa ini tanpa merasa melakukan sebuah kesalahan kepada orang lain.

Rasa... Rasa... Rasa apa yang sebetulnya aku bahas daritadi?
Huh?
Rasa dimana aku
diperhatikan,
ditunggu kehadirannya,
dikhawatirkan,
disayangi,
dan dicintai oleh seseorang yang memang aku nanti.


Kamu hadir di waktu yang tepat namun sempat aku merasa menemukan orang yang salah karena alasan yang aku tulis sebelumnya, sekuat hati mungkin aku menutup diri, menjauh, tidak menanggapi semua perlakuanmu. Aku takut... Takut rasa itu benar terjadi dan melukai seseorang. Namun, aku juga manusia yang punya perasaan, aku sudah berusaha keras membohongi diriku sendiri untuk tidak membuka hati tapi apadaya aku tidak bisa melakukannya, aku lelah membohongi diriku sendiri. Hahaha entahlah apa yang sudah kamu lakukan hingga membuatku seperti ini.



Dear pacar, aku sayang kamu.