Ah... memang benar adanya untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bagus, diperlukan galau terlebih dahulu. Harga yang hmm tidak sebanding. Mengapa? Galau itu melelahkan, gaiss! :))
Sebetulnya tidak ada yang perlu di-galau-i, hanya saja memendam rasa seorang diri itu sungguh tidak menyenangkan. Meluangkan waktu untuk berbagi cerita kepada seseorang pun tidak mudah. Apalagi menyangkut seseorang. Tidak baik jika nanti timbul fitnah, atau timbul anggapan bahwa secara tidak sengaja menjelek-jelekan seseorang. Meluapkannya dalam lagu yang didengarkan di Path pun sebetulnya juga tidak perlu. Salah, itu menurutku. Bicara lah langsung dengan yang bersangkutan, luapkan semua keluh kesah, rasa, pujian atau bahkan hinaan sekalipun. Tapi apa jadinya jika yang bersangkutan tidak menanggapi? Aku pun tidak tahu jawabannya. Hahaha, lucu bukan?
Lebih lucu lagi, aku tulis semua ini di blog. Semua orang bisa membacanya. Hahaha. Mungkin ini satu-satunya cara meluapkan kegalauan yang beberapa minggu belakangan ini aku alami. Meng-galau-i yang tak perlu di-galau-i.
Akhir kata,
"Kadang kepala yang rumit ini sering lalai melihat hidup dari sudut pandang yang lebih santai." - Kartika Jahja.